Butuh Bantuan?

info@latticeman.com
Berita

QRIS Diserang, Digitalisasi Indonesia Diuji

QRIS Diserang, Digitalisasi Indonesia Diuji

“QRIS menyulitkan Visa dan Mastercard di Indonesia.”
Kalimat itu sempat jadi headline beberapa media global setelah Amerika Serikat menyampaikan kekhawatirannya terhadap sistem pembayaran digital Indonesia yang dinilai membatasi akses perusahaan asing.

Padahal, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah salah satu wujud nyata digitalisasi pembayaran nasional, satu kode QR untuk semua platform, dari GoPay sampai OVO, ShopeePay hingga Dana. Bagi pelaku UMKM, QRIS adalah solusi praktis, murah, dan cepat dalam menerima pembayaran.

Namun, kenapa sistem yang justru memudahkan transaksi ini dianggap mengganggu?

QRIS dan Isu Kedaulatan Digital

QRIS bukan sekadar soal bayar-membayar. Ia adalah simbol dari kedaulatan digital, bagaimana sebuah negara bisa mengelola, mengamankan, dan mengembangkan infrastrukturnya sendiri tanpa harus bergantung penuh pada sistem asing. Bank Indonesia menyatakan bahwa standar QRIS justru mengadopsi standar global EMVCo dan tetap membuka kolaborasi lintas negara.

Tetapi saat dominasi asing mulai terganggu, suara protes pun terdengar. Bahkan, Amerika membalas dengan kebijakan tarif resiprokal sebesar 32% terhadap beberapa transaksi Indonesia. Pertanyaannya: apakah membangun sistem mandiri berarti anti terhadap persaingan global?

Jawabannya: tidak.

Digitalisasi yang Terbuka, Tapi Tetap Berdaulat

Sebagaimana Leapfactor dalam membantu perusahaan manufaktur bertransformasi, kami percaya bahwa digitalisasi bukan soal menutup diri, tapi soal punya kendali.

Bayangkan jika pabrik Anda hanya mengandalkan spreadsheet manual dan komunikasi antar divisi lewat WhatsApp grup. Lambat, rawan error, dan tidak scalable. Tapi itulah realita 63% pabrik Indonesia saat ini (sumber: internal Leapfactor study 2024).

Digitalisasi bukan hanya tentang efisiensi, tapi juga kemandirian data, keamanan proses bisnis, dan daya saing global. QRIS adalah contoh nyata bagaimana digitalisasi lokal bisa membawa dampak besar bagi ekosistem nasional—dan Leapfactor ingin membawa semangat itu ke dunia industri manufaktur.

Pelajaran dari QRIS untuk Dunia Industri

QRIS sukses karena ia:

  • Menyatukan standar pembayaran yang sebelumnya tercerai-berai

  • Memudahkan integrasi berbagai platform

  • Menjawab kebutuhan pelaku usaha kecil hingga besar

  • Tetap bisa berkembang secara global (QRIS akan bisa dipakai di Jepang & China pada 2025)

Begitu pula dengan dunia manufaktur: tanpa tata kelola digital yang terintegrasi, sulit untuk bersaing secara global. Sistem informasi produksi, inventori, hingga distribusi harus bicara dalam bahasa yang sama. Di sinilah Leapfactor hadir—menyatukan sistem, menyederhanakan proses, dan memberdayakan pabrik Indonesia menuju Industri 4.0.

Kesimpulan: Jangan Hanya Jadi Pasar, Jadilah Pemain

QRIS mungkin membuat beberapa negara tidak nyaman. Tapi di balik itu, ada pesan strategis yang kuat: Indonesia sedang membangun sistemnya sendiri. Tidak anti asing, tapi juga tidak ingin 100% dikendalikan asing.

Dan semangat yang sama bisa diterapkan di sektor industri. Anda bisa mulai dari pabrik Anda sendiri.


Ingin mulai digitalisasi pabrik Anda tanpa ribet?
Hubungi Leapfactor sekaranguntuk konsultasi gratis bagaimana kami bisa bantu transformasi sistem Anda jadi lebih efisien, terintegrasi, dan berdaya saing global.

KONTAK LEAPFACTOR SEKARANG

 

Artikel yang mungkin Anda suka

Whatsapp Us