Butuh Bantuan?

info@latticeman.com
Tren Industri

Asal-Usul 5 Istilah Teknologi Industri yang Wajib Anda Ketahui

Asal-Usul 5 Istilah Teknologi Industri yang Wajib Anda Ketahui

1) "Bug": Dari Serangga Sungguhan di Dalam Komputer

Setiap kali sistem error, kita langsung menyebutnya "bug". Tapi tahukah Anda? Istilah ini bukan sekadar kiasan, melainkan benar-benar melibatkan serangga sungguhan.

Pada 9 September 1947, para insinyur di Universitas Harvard sedang mengoperasikan komputer raksasa Mark II ketika mesin tiba-tiba berhenti total. Setelah pemeriksaan mendalam, mereka menemukan penyebabnya: seekor ngengat terjebak di dalam relay elektromekanis, menyebabkan korsleting.

Grace Hopper, salah satu pionir komputer, dengan cermat mengambil serangga tersebut dan menempelkannya di logbook dengan catatan: "First actual case of bug being found" (kasus nyata pertama ditemukannya serangga). Sejak saat itu, "bug" menjadi sinonim untuk error sistem, dan proses memperbaikinya dikenal sebagai "debugging".

Kenapa relevan di pabrik: akar kata ini mengingatkan kita bahwa gangguan sering datang dari hal sepele (debu, konektor longgar, sensor kotor). "Debugging" di lantai produksi = disiplin RCFA dan FMEA yang rapi.

Fakta Menarik: Meskipun Grace Hopper mempopulerkan istilah ini, Thomas Edison sudah menggunakan kata "bug" untuk masalah teknis dalam surat-suratnya sejak akhir abad ke-19!

Baca Juga: Mengapa Pabrik Butuh Tata Kelola Digital Sekarang?


2) "Robot": Pekerja Paksa dari Naskah Drama Fiksi Ilmiah

Saat mendengar "robot", kita membayangkan lengan mekanis di jalur perakitan atau mesin otomatis yang presisi. Namun, kata ini tidak lahir di laboratorium teknik, melainkan di panggung teater.

Istilah robot diperkenalkan tahun 1921 oleh penulis Ceko Karel Capek dalam dramanya R.U.R. (Rossum's Universal Robots). Kata ini berasal dari bahasa Ceko "robota" yang berarti "kerja paksa" atau "pekerja budak". Dalam drama tersebut, robot adalah manusia buatan yang diciptakan untuk melayani, namun akhirnya memberontak.

Dua dekade kemudian, Isaac Asimov mempopulerkan kata "robotics" (robotika) dalam cerita fiksi ilmiahnya tahun 1941, yang merujuk pada ilmu dan teknologi tentang robot. Dari panggung teater hingga lantai pabrik modern, kata "robot" telah menempuh perjalanan panjang.

Kenapa relevan: di shopfloor, "robot" kini mencakup cobot dan sel otomatisasi, bukan sekadar lengan logam; fokusnya keselamatan, kualitas, dan konsistensi.


3) "Software": Istilah yang Menyederhanakan Konsep Rumit

Di era yang didominasi perangkat keras (hardware), butuh waktu lama untuk menemukan kata yang tepat menggambarkan instruksi tak kasat mata yang menjalankannya.

Istilah "software" diciptakan tahun 1958 oleh John Tukey, seorang ahli matematika dan statistik terkemuka. Dalam sebuah artikel, ia menggunakan kata tersebut untuk membedakan antara mesin fisik (hardware) dengan program, data, dan instruksi yang membuatnya berfungsi (software).

Sebuah kata sederhana yang kini menjadi fondasi dari seluruh industri digital, dari sistem ERP manufaktur hingga platform analytics yang mengoptimalkan seluruh rantai produksi Anda.

Kenapa relevan: saat ini "software manufaktur" = ERP, MES, CMMS, WMS. Semua logika bisnis yang mengorkestrasi material, mesin, dan manusia.

Baca Juga: Contoh Implementasi IOT di Industri Manufaktur


4) "Internet of Things (IoT)": Judul Presentasi 1999

IoT adalah pilar utama Industri 4.0, di mana mesin dan sensor saling berkomunikasi. Istilah yang terdengar canggih ini lahir dari momen yang sangat biasa: sebuah presentasi PowerPoint.

Pada 1999, Kevin Ashton, pelopor teknologi asal Inggris, sedang mengerjakan proyek sensor di MIT. Untuk menjelaskan visinya kepada eksekutif, ia membuat presentasi berjudul "Internet of Things".

Bagi Ashton, konsepnya sederhana: di masa lalu, komputer adalah otak tanpa indra. Mereka hanya tahu apa yang kita ketikkan. Dengan IoT, komputer bisa "merasakan" dunia fisik melalui sensor, tanpa bantuan manusia.

Visi inilah yang kini kita lihat dalam bentuk smart factories, sistem monitoring energi real-time, hingga predictive maintenance yang mencegah downtime tak terduga.

Kenapa relevan: IoT adalah dasar real-time visibility, energy monitoring, predictive maintenance, dan traceability. Pilar Industri 4.0 di pabrik.


5) "Artificial Intelligence (AI)": Lahir dari Konferensi Musim Panas

AI adalah topik terpanas di dunia industri saat ini. Namun, impian menciptakan mesin yang bisa berpikir sudah ada sejak lama. Bidang ini mendapatkan namanya secara resmi pada musim panas 1956.

Sekelompok ilmuwan dari berbagai bidang (matematika, rekayasa, dan kognitif) berkumpul di Dartmouth College untuk sebuah lokakarya. Acara yang diorganisir John McCarthy ini bertujuan mengeksplorasi "dugaan bahwa setiap aspek pembelajaran atau fitur kecerdasan dapat dideskripsikan dengan sangat presisi sehingga mesin dapat mensimulasikannya".

Dalam proposal lokakarya inilah McCarthy pertama kali menciptakan istilah "Artificial Intelligence" untuk mendefinisikan bidang studi baru ini. Konferensi Dartmouth dianggap sebagai momen kelahiran resmi AI sebagai disiplin ilmu.

Dari konferensi akademis hingga quality control berbasis computer vision, AI forecasting untuk demand planning, dan autonomous mobile robots di warehouse, perjalanan AI sungguh luar biasa.

Kenapa relevan: AI kini memperkaya quality inspection (vision), anomaly detection, scheduling, dan co-pilot untuk operator.


Inti Pelajaran untuk Manufaktur

  • Nama lahir dari masalah nyata. "Bug" = gangguan fisik → budaya problem-solving berbasis data.
  • Teknologi bukan tujuan, tapi alat. "Robot", "software", "IoT", "AI" menjadi bernilai ketika OEE, OTIF, scrap, dan energi membaik.
  • Mulai kecil, skalakan cepat. Istilahnya lahir sederhana, implementasinya pun bisa modular dan phased rollout.

Baca Juga: Penerapan Revolusi Industri 4.0 di Dunia Manufaktur


Kisah Teknologi Dimulai dari Satu Langkah, Begitu Juga Transformasi Pabrik Anda

Seperti Grace Hopper yang memulai dari satu "bug", atau Kevin Ashton yang hanya membuat presentasi PowerPoint, inovasi besar selalu dimulai dari langkah kecil.

Langkah kecil Anda bisa dimulai hari ini.

Leapfactor adalah partner transformasi digital yang memahami tantangan unik manufaktur Indonesia. Kami tidak hanya bicara teknologi, kami memastikan teknologi tersebut bekerja untuk bisnis Anda.

Dapatkan Assessment Gratis: Tim expert kami siap menganalisis kondisi existing pabrik Anda dan merekomendasikan roadmap teknologi yang tepat sasaran.

Artikel yang mungkin Anda suka

Whatsapp Us